ARTIKEL: KOTA DAN KOMUNITAS


Dari dulu, kota adalah tempat yang kontroversial. Pada beberapa masa, kota dianggap sebagai tempat yang ideal, dan dalam masa tertentu daianggap sebagai tempat yang perlu dijauhi. Meskipun demikian, manusia tidak dapat terhindari dari keberadaan kota. Kota memang harus dan akan selalu ada. Dengan demikian, yang harus dilakukan bukan menghindari kota, tetapi adalah bagaimana memperbaiki kota menjadi tempat yang lebih baik.

Kota besar pertama muncul di Mesopotamia 5500 SM (Fischer, 1976) kemudian muncul kota-kota di Cina, Amerika dan Afrika. Pertumbuhan penduduk yang tinggal di kota semakin naik. Diperkirakan pada tahun 2008 penduduk kota di Indonesia telah mencapai 50% lebih dari jumlah penduduk dunia (bappenas 2005 & Pustra 2008). Pertumbuhan dan urbanisasi sudah tidak dapat dihindari dan telah terjadi di setiap kota-kota besar di dunia dan akan terus terjadi di masa depan. Sejalan dengan perkembangan penduduknya, ukuran kota juga semakin membesar dan terus membesar.

Terdapat beberapa hal yang dapat kita ambil dari kenyataan yang terjadi tentang kota. Pertama, kehidupan di perkotaan berkembang dan bertambah dengan sangat cepat dan akan sangat sulit memutar balikkan kenyataan ini. Kedua, pengalaman manusia tentang kota tidaklah baru, karena kota telah ada selama berribu-ribu tahun lamanya. Ketiga, perlunya mempelajari hubungan antara kota dan komunitasnya dalam konteks hubungan kebudayaan/lingkungannya untuk mengerti bagaimana kehidupan perkotaan dan cara memperbaikinya.

PANDANGAN TENTANG KOTA DAN “HIDUP ENAK”

Kita hidup dalam masa dimana kota berada dalam posisi negatif. Pandangan masyarakat tentang kota yang penuh dengan kejahatan, manusia egois, polusi, hiruk pikuk, masyarakat miskin, kotor, rasisme, egoisme, penipuan, macet, dan lain sebagainya. Meskipun banyak pula yang menyukai kemajuan teknologinya, gaya, kesempatan bekerja, modernisasi, tetapi hal-hal menyenangkan ini masih kurang kuat dalam merubah paradigma masyarakat bahwa kota adalah “tempat yang bagus untuk dikunjungi tetapi tidak untuk ditinggali”.

Meskipun terdapat suatu masa dimana kota dianggap sebagai tempat yang ideal untuk hidup, tetapi masa kini adalah masa dimana manusia menganggap kota mewakili kebudayaan yang baru dan tidak diketahui, timbul keanehan pada perilaku manusia, individualisme, dan perubahan sosial yang menghancurkan. Sedangkan pandangan tentang desa, pertanian, alam yang hijau, mengarahkan kepada kebersamaan, ikatan masyarakat, dan tradisi, yang semuanya menjadikan perasaan kita aman dan tenang.

Kota memang telah mengalami pasang dan surut persepsi tentangnya. Masa dimana kota dianggap sebagai tempat yang sempurna untuk perkembangan masyarakat dan masa dimana persepsi tentang kenyataan hidup perkotaan yang kejam dan tidak ideal. Kadangkala kota dapat dianggap sebagai tempat yang negatif dan kadangkala tempat yang positif. Dapat dikatakan pula dalam persepsi tentang kota terdapat persepsi positif dan negatif yang secara lebih khusus terjadi secara bersamaan. Kita tidak dapat memperkirakan bagaimana orang-perorang melihat kota. Ada yang melihatnya sebagai tempat yang baik dan ada pula yang melihatnya sebagai tempat yang tidak baik.

Kota melibatkan banyak pengaruh terhadapnya (lingkungan, agama, politik, ekonomi, budaya). dan faktor ini tercermin dalam bentuk fisik dari kota itu, kehidupan masyarakatnya, institusi dan kedinamisan kota. Kota adalah tempat yang sangat kompleks. Kota itu bukanlah hasil dari satu faktor, dan mempengaruhi manusia tidak dalam satu faktor pula.

PERSPEKTIF UMUM

Banyak perspektif untuk kita melihat suatu wilayah urban. Ittelson, Proshansky, Rivlin, dan Winkel (1974) mendiskripsikan enam perspektif yang berhubungan dengan berbagai disiplin ilmu. Pertama, fokus kepada arskteitural atau fitur-fitur yang dirancang dari kota. Kedua, fokus kepada faktor geografis, seperti hubungan kota dengan tempat dimana kota tersebut berdiri. Ketiga, perspektif yang terfokus kepada masalah sosiologis, yaitu hubungan antar manusia. Keempat, adalah perpektif historis, yang memperlihatkan perkembangan kota. Kelima, adalah perspektif yang fokus kepada antropologis yang mewadahi kelompok budaya dan proses budaya. Sedangkan keenam, adalah perspektif psikologi yang membahas personal masyarakat. Setiap elemen itu diperlukan untuk memahami secara keseluruhan sebuah kota.

BENTUKAN FISIK KOMUNITAS DAN KOTA

Bentukan komunitas ini dapat diukur sesuai luasannya, dari kecil sampai besar.

Kecil.

Komunitas kecil umumnya berada dalam pengaturan yang sederhana. Dapat dilihat pada pemukiman-pemukiman tradisional yang ada. Meskipun demikian, setiap komunitas tersebut mempunyai kebijakan yang berbeda dalam penataan wilayahnya. Kebijakan tersebut biasanya dari aspek budaya dan nilai-nilai yang dianut, ekonomi, alam, status, struktur sosial, dan pandangan terhadap dunia. Dalam perancangannya pula mempunyai keunikan. Dalam banyak kasus, perancangan dari sebuah wilayah kelompok mengikuti petunjuk para tetua dan petunjuk dari cara yang telah dianut selama turun-temurun.

Sedang

Komunitas yang berukuran sedang ini sudah mulai terencana, tetapi meskipun demikian masih terpaku pada kebutuhan dasar terhadap kenyamanan hidup. Seperti, komunitas ini umumnya berada di dekat sumber air atau sungai, berada di posisi yang aman terhadap peperangan. Pengaruh kebudayaan, agama, politik, keamanan, ekonomi, alam, struktur sosial dan faktor-faktor lokal lain, diambil sebagai dasar perancangan yang dilakukan oleh orang yang memang ahli dalam bidang itu. Meskipun demikian, setiap komunitas ini mempunyai lokalitas yang membuatnya berbeda satu sama lain, meski secara general terdapat kemiripan. Pencampuran semua variabel yang berhubungan dengan penataan sebuah komunitas ini terjadi secara sangat kompleks dan tercampur, sehingga sangat sulit memisahkannya satu persatu.

Besar

Banyak komunitas besar yang di rancang dengan berlandaskan pandangan keagamaan dan pandangan dunia pada saat komunitas itu dibangun. Secara fisik, banyak kota-kota awal sangat erat berhubungan dengan pandangan religius, politikal, dan komersial dari penghuninya. Seperti kota besar bagdad, kota-kota di cina, yang menunjukkan bahwa kebudayaan dan cara pandang hidup manusia (hubungan horisontal dan vertikal) termanifestasikan pada ruang yang dibuat manusia dalam bentuk satu atau yang lain.

Bentukan tersebut juga terdapat pada kota-kota modern saat ini. Seperti kota Washington DC dan Salt Lake City yang keduanya berbentuk sangat berbeda dengan pengaruh nilai yang berbeda pula. Tentu, kota modern juga tidak terencana dengan baik, banyak kota-kota besar berkembang dengan tidak teratur meski pada awalnya teratur.

Disamping kurangnya perencanaan yang baik, kota kadangkala menunjukkan keteraturan dalam level analisis yang berbeda. Manusia umumnya membuat sendiri focal point dan tempat-tempat dimana mereka cocok secara fisik dan sesuai perasaan mereka. Mereka membuat dimensi fisikal dan kultural sendiri untuk mereka berkumpul dan bersosialisasi.

Komunitas kecil, sedang dan besar menunjukkan berbagai macam bentukan fisik. Pengaruh mereka disebabkan faktor fisik lingkungan, tekanan populasi, komersial, politikal, religi, dan faktor budaya lain yang mempengaruhi bentukannya. Dari berbagai bentukan kota yang ada di dunia dari masa ke masa, sepertinya tidak ditemukan perkembangan kota yang teratur, atau kota itu berkembang menjadi semakin terencana dengan “lebih baik”. Kota-kota saat ini juga tidak “lebih baik” daripada kota kuno dalam keindahan atau efektifitas sosial. Meskipun terdapat perubahan teknologi dalam perencanaan dan perancangan kota, masih belum terbukti bahwa komunitas saat ini atau di tempat tertentu “lebih baik” atau “lebih maju” dari kota pada masa lalu atau di tempat lain.

KOTA SEBAGAI CERMINAN BEBERAPA FAKTOR

Kondisi Lingkungan

Komunitas dan kota kadangkala menunjukkan hasil pengaruh dari konsisi lingkungan. Beberapa komunitas mengolah ruang berdasarkan posisi hutan sebagai pertanian dan sumber makanan mereka, beberapa mengolahnya karena posisi jurang dan bukit untuk keamanan dalam menghadapi binatang buas atau penjajahan, beberapa mengolahnya supaya bertahan dalam menghadapi iklim keras.

Sejalan dengan perkembangan jaman, kondisi lingkungan dimanfaatkan manusia dalam komunitas sebagai penunjang hidup mereka, seperti mamanfaatkan sungai sebagai alat transportasi dan sumber kehidupan kota, bebrapa hidup dari sumber air dan danau. Seperti kota-kota besar saat ini, London, New York, Tokyo, New Delhi, Philidelphia, Washington DC, Mesir. Dalam komunitas dan kota, tercermin adaptasi manusia dalam menghadapi kondisi lingkungan dimana dia berada, meskipun bukan satu-satunya efek akan bentukan kota.

Politik dan Ekonomi

Pertimbangan ekonomi dan politik dalam pertumbuhan dan perencanaan sebuah kota mutlak terjadi. Seperti masyarakat mengatur kota untuk kemudahan perdagangan dan untuk keuntungan bersama. Beberapa masyarakat mendirikan kota mereka pada bukit yang tinggi untuk keamanan menghadapi peperangan. Beberapa bentukan fisik seperti dinding kokoh yang melingkupi sebuah komunitas atau kota yang berfungsi untuk keamanan adalah salah satu bukti pengaruh politik pada kota. dapat dikatakan sebuah kota yang terbentengi.

Dalam sisi lain, peletakan “pusat” kota juga dapat dilihat sebagai cerminan pengaruh pada kota. peletakan sebuah kawasan pemerintahan pada pusat kota menunjukkan pengaruh politik sebagai dasar perencanaan kota. Peletakan pasar dan tempat komersil yang dekat dengan pusat kota yang dapat diakses oleh masyarakat juga menunjukkan orientasi kota. Untuk kota-kota besar saat ini, sepertinya orientasi ekonomi menjadi faktor yang paling mendominasi. Dalam komunitas seperti ini, perkembangan dan kehidupan sebuah kota sepertinya tidak terencana dan mempunyai pengaruh paling besar untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dan perkembangan secara komersial, yang mana perkembangan ekonomi sangat fluktuatif dan tidak terkontrol. Posisi perumahan dan tempat kerja adalah aspek lain urban desain dalam hubungannya dengan ekonomi.

Religi, Kosmologi dan Pandangan Hidup

Kota dengan pengaruh eligi, kosmologi dan pandangan hidup sering terlihat dengan sangat jelas pada penataan ruang kota, secara historis atau kulural. Banyak kota modern tidak mencerminkan nilai-nilai ini, tetapi banyak kota-kota tradisional yang dapat dilihat pengaruhnya pada penataan komunitasnya. Seperti komunitas di Nias Indonesia merancang tata ruang mereka berdasarkan pertimbangan dunia dan akhirat, dan Mali Afrika menata komunitas mereka berdasarkan tubuh manusia, kota-kota di cina yang berorientasi pada kuil-kuil keagamaan, kota-kota di timur tengah yang berorientasi pada masjid.

Beberapa kota modern yang terefek pandangan religi adalah kota-kota eropa dan itali dengan gereja pada pusat kotanya.lebih lagi kota Vatikan dengan berbagai gereja yang memenuhi pusat-pusat komunitas yang ada.

IKHTISAR

Pengaruh pada kota dan perkembangannya sangat kompleks dan tidak dapat terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Pengaruh tersebut adalah kondisi lingkungan, politik, ekonomi, kepercayaan kultural, dan sistem sosial. Kesemuanya mempengaruhi kota secara bersamaan, meskipun beberapa faktor mendominasi satu dengan yang lainnya.

Manusia dan perannya dalam kehidupan yang beragam, bervariasi dan berevolusi, memaksa banyak pengaruh pada penataan tempat hidupnya, dari mempunyai peran orang tua di satu sisi, peran pedagang di tempat lain, hamba Allah di sisi lain, dan berbagai peran lain tercermin dalam pemisahan ruang secara fisik pada komunitas. Peran manusia ini semakin berkembang dengan bantuan teknologi transportasi dan komunikasi saat ini. Sehingga perencanaan kota semakin berevolusi dan akan terus berevolusi.

Comments